Rabu, 05 September 2012

Belajar dari tanaman pisang

Sedang kangen mbah putriku Siti Chusnul Aslamijah nih ceritanya. Kami memanggil beliau : mbah As. Saya diasuh mbah sejak TK hingga SMA. Semasa masih tinggal dan diasuh mbah putri, aku biasa diajak mbah bersih-bersih pekarangan. Tanaman paling banyak dan yang tumbuh dengan baik di pekarangan mbah adalah pisang. Maka kegiatan bersih-bersih pekarangan ini tidak jauh-jauh dari "membersihkan" tanaman pisang dan gulma-gulma di sekitarnya. Mbah akan nyengget klaras, pelepah daun pisang yang sudah mengering dan layu. Aku bertugas memunguti dan mengumpulkan klaras yang sudah disengget tadi ke tempat sampah.

Rumpun tanaman pisang

bunga (jantung) pisang
tebak pisang apa?
Dari mbah aku belajar mengenali buah pisang beserta karakter tanamannya, belajar bahwa jika pisang sudah keluar montong atau bunganya maka harus disayat dan diobati agar tak rusak diserang hama penyakit dan buah yang berkembang bagus.Tapi sampai kini aku belum bisa membedakan jenis tanaman pisang apa kalau belum melihat buahnya. Pisang Kepok kuning, Raja, Koja, Ambon, mBandung, dan Kluthuk, setidaknya itulah jenis-jenis pisang yang ada di pekarangan mbah. Tiga yang pertama adalah primadonanya. Pisang mbah juga menjadi jujugan pedagang yang sedang mencari kulakan. Bagus-bagus, begitu kata mereka. Dari mbah pula aku belajar memanen pisang sehingga jika sewaktu-waktu sedang di pekarangan aku melihat ada pisang yang sudah suluh (tua, mulai ada yang matang menguning) atau sudah dimakan codot (kalong), aku bisa menebas dan memanen pisang tersebut. Mulai kelas tiga SD aku sudah bisa memanen pisang. Jika tandannya besar, baru aku melapor pada mbah atau paklik kalau ada pisang yang siap panen. Maklum, aku masih imut dan kyut sih..( narsis :p) khawatir nanti malah kebrukan (tertimpa) pisang. Selain memisahkan tandan buah pisang dari tanaman, aku juga belajar ngepeki, yaitu memisahkan sisir-sisir pisang dari tandannya. Selanjutnya, pisang ditiriskan dulu getahnya sebelum dimasukkan karung atau tumbu (tenggok) untuk diperam. Agar cepat matang, biasanya ditambahkan daun teresedhe dan atau daun sengon ke dalam tumpukan pisang. Ada cara lain yang lebih praktis tapi tidak alami yaitu memakai taburan atau buntalan karbid (kalsium carbida).


pisang kepok

pisang koja/susu/raja sereh

 
Pisang Ambon kuning

Ada hal menarik yang masih kuingat tentang falsafah tanaman pisang. "Wit gedhang kuwi durung mati yen durung awoh, saelek-eleke mesti awoh, wit gedhang uga durung mati yen durung manak (artinya: tanaman pisang tak kan mati kecuali bila sudah berbuah, seburuk apapun buahnya, ia juga tak akan mati bila belum menumbuhkan tunas-tunas baru)", kata mbah sambil menunjukkan tanaman pisang yang tak sehat dan merana tapi menyembul satu buahnya walau memang tak sempurna. Dengan kata lain, izinkan saya meringkas tabiat tanaman pisang tadi menjadi "pantang mati sebelum berbuah, pantang mati sebelum melahirkan generasi penerus". Subhanallah wabihamdik! Dari tanaman pisang kita belajar bahwa selayaknya kita hidup harus bermanfaat,,jangan sampai mati sebelum melakukan dan memberi kemanfaatan, sebaik dan sebanyak mungkin, bagi diri dan terutama sebanyak mungkin orang lain. Sebagai insan, makhluk pilihanNya, kita juga ingin melahirkan generasi penerus yang terus tumbuh berkembang dengan mewarisi nilai-nilai kehidupan, seperti tanaman pisang tadi. Insya Allah. Ini ceritaku, apa ceritamu?

2 komentar:

  1. INSPIRATIIIIF.....

    Berasa bener, jadi mikir, apakah saya sudah memberikan manfaat bagi sesama, bagi orang-orang sekitar saya...

    Dan aku ya ga ngerti apakah yang akan jadi tugas "terakhir"....

    Suwun mba,, tulisane manstapppp :)

    BalasHapus

Pages

Ads 468x60px

Social Icons

Featured Posts